Menapak Rumah Limas Potong, Rumah Tradisional Terakhir di Tanah Batam

Rumah Limas Potong di Batu Besar, Nongsa. (f/disbudpar)

Busana pengantin ini menunjukkan bahwa akulturasi budaya dengan budaya asing sudah terjadi sejak lama. Kedua diorama pengantin ini didudukkan di atas Pete Ratne berwarna merah.

Seperti raja dan ratu, mereka diapit oleh kedua pendamping pengantin dengan baju kurung berwarna hijau. Di depan pengantin ada meja rendah kecil berwarna merah.

Di atasnya rapi tersusun peralatan tepung tawar. Persis berseberangan dengan Pete Ratne, ada sebuah pelaminan berwarna merah. Di bawahnya ada ornamen khas tempo dulu, yang sudah jarang ditemui saat ini.

Pelaminan merah ini berfungsi sebagai tempat tidur pengantin. Masuk ke ruangan lebih dalam, ada dua buah ruangan yang disebut Bandung Satu dan Bandung Dua.

Bandung Satu adalah tempat untuk bercengkerama antarkeluarga. Jika ada sanak famili yang sedang berkunjung, di sanalah mereka duduk, makan, berbincang, dan tidur.

Di tengahnya terhampar sebuah tikar anyaman pandan sederhana. Di atasnya ada tudung saji kerucut yang biasanya dipakai menutupi makanan. Lantai Bandung Dua agak lebih rendah dari Bandung satu.

Masyarakat biasa menyebutnya bendul. Bandung Dua adalah dapur, yang berisi berbagai alat masak, perangkat makanan, dan tempat penyimpanan bahan makanan. Ada sebuah tiang besar antara Bandung Satu dan Bandung Dua.

Tiang ini dinamakan Tiang Seri. Tak sembarang orang boleh duduk di sana. Itu adalah tempat khusus yang digunakan kepala keluarga untuk bersandar kala duduk berkumpul bersama keluarga di Bandung Satu.

“Kami dulu diajarkan, kalau duduk di sana akan kualat. Bisa kena sambar petir. Itulah yang menunjukkan bahwa tempat itu tak boleh sembarangan diduduki,” ujar Muhammad Zen.

Laman: 1 2 3 4 5

Tags: , , ,