ADAB BERTEMAN DAN BERUKHUWWAH (Bagian 3)

Ilustrasi silaturahmi. foto/Istockphoto

Sikap kepada para ulama, guru dan tokoh panutan

Karena posisi dan kemuliaan yang diberikan oleh Allah Swt dan RasulNya, maka sudah seharusnya kita juga memuliakan dan menghormatinya. Seberapa-pun dekatnya kita dengan seorang ulama, maka jelas mereka bukan teman sebaya ataupun kawan sepantaran. Penghormatan dan pemuliaan kita kepada mereka adalah sunnah dari Rasulullah Saw dan pertanda bahwa kita memang pengikut Beliau. Rasulullah Saw bersabda:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا. (رواه الترميذي).

Artinya: “Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda atau tidak menghormati yang lebih tua.” (HR. at-Tirmidzi dari shahabat Anas bin Malik)

Rasulullah Saw juga mengajarkan bagaimana menghormati para sahabat yang mulia. dalam hadits yang shahih bahwa Nabi Saw memerintahkan para shahabat untuk berdiri memberikan penghormatan kepada Sa’ad bin Muadz Radhiyallahu ‘Anhu, ketika beliau mendatangi majelis Nabi dan para sahabat beliau. Saat itu Nabi Saw. menyambut Sa’ad bin Muadz Radhiyallahu ‘Anhu dengan ucapan:

قوموا لسيدكم… (رواه البخري)

Artinya: “Berdirilah kamu semua, hormatilah sayid (pemimpin) kamu.” (HR Bukhari).

Pada suatu hari Jum’at, Rasulullah Saw sedang berada di beranda Masjid di tempat yang agak sempit. Banyak sahabat yang sudah duduk di tempat tersebut karena mereka datang lebih awal. Namun ada sejumlah sahabat Muhajirin dan Anshar yang datang berikutnya. Mereka adalah orang-orang yang pernah ikut perang Badar. Dan sudah menjadi kebiasaan Rasulullah Saw, bahwa Beliau menghormati ahlul Badar melebihi yang lainnya.

Maka ketika itu, kaum Muhajirin dan Anshar ini hanya bisa berdiri tidak dapat tempat untuk duduk. Melihat hal itu Nabi Saw. merasa tidak enak, sehingga beliau bersabda kepada orang-orang yang ada di sekelilingnya dari kalangan Muhajirin dan Ansar yang bukan dari kalangan Ahli Badar, “Hai Fulan, berdirilah kamu. Juga kamu, hai Fulan.” Dan Nabi Saw. mempersilakan duduk beberapa orang yang tadinya hanya berdiri di hadapannya dari kalangan Muhajirin dan Anshar Ahli Badar.

Perlakuan itu membuat tidak senang orang-orang yang disuruh bangkit dari tempat duduknya, dan Nabi Saw. mengetahui keadaan ini dari roman muka mereka yang disuruh beranjak dari tempat duduknya. Maka orang-orang munafik memberikan tanggapan mereka, “Bukankah kalian menganggap teman kalian ini berlaku adil di antara sesama manusia? Demi Allah, kami memandangnya tidak adil terhadap mereka. Sesungguhnya suatu kaum telah mengambil tempat duduk mereka di dekat nabi mereka karena mereka suka berada di dekat nabinya. Tetapi nabi mereka menyuruh mereka beranjak dari tempat duduknya, dan mempersilakan duduk di tempat mereka orang-orang yang datang terlambat.”

Rasulullah Saw merespon komentar kaum munafiq yang negatif dan provokatif itu, dengan bersabda:

“رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا فَسَح لِأَخِيهِ”

Artinya: “Semoga Allah mengasihani seseorang yang memberikan keluasan tempat duduk bagi saudaranya.” (HR Abi Hatim).

Maka sejak itu mereka bergegas meluaskan tempat duduk buat saudara mereka, dan turunlah ayat ini di hari Jumat:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ. (المجادلة: 11).

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, “Berlapang-lapanglah dalam majelis, ” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu, ” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujadilah: 11).

Maka adab terbaik bersama pada ulama, guru dan tokoh panutan adalah dengan cara menghormati, berbicara secara santun dan pilihan kata terbaik, memberikan pelayanan untuknya, membantu urusannya dan menempatkannya pada posisi yang layak dan pantas di dalam majelis. Di dalam hadits, Rasulullah Saw mendapat arahan dari Malaikat Jibril:

أَمَرَنِي جِبْرِيلُ أَنْ أُقَدِّمَ الأَكَابِرَ

Artinya: “Jibril memerintahkan aku untuk mengutamakan orang-orang tua” (HR. Abu Bakr Asy Syafi’i dalam Al Fawa’id, Ahmad dan Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubra, 173).

Laman: 1 2 3 4 5 6

Tags: , ,