d. Memberi nasehat dalam kebaikan dengan cara yang baik
Teman yang baik adalah yang menasehati kita kepada kebaikan dan tidak membiarkan kita terjerumus kepada dosa dan kesalahan. Dan nasehat itu diberikannya dengan cara yang baik. Sesuai dengan ajaran Rasulullah Saw dalam haditsnya:
عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْمٍ بْنِ أَوْسٍ الدَّارِي رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قُلْنَا : لِمَنْ ؟ قَالَ للهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ المُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ – رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasihat.” Kami bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi Rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.” (HR. Muslim).
Bila ada teman yang senang ketika kita bersalah atau khilaf, atau justru membisikkan ke kita agar kita berbuat salah dan dosa, maka itu sebenarnya bukanlah teman. Atau sebaliknya, orang yang susah kalau kita mendapatkan kebaikan, sepertinya tak rela kita mendapat nikmat, maka orang itu juga bukanlah teman yang baik. Walaupun kadang dia pura-pura baik kepada kita. Orang itu layak menjadi musuh kita.
e. Berilmu tapi tidak menuruti hawa nafsu
Orang yang berilmu sangat layak dijadikan sebagai sahabat. Karena dengan ilmunya kita bisa terhindar dari kesulitan dan kecelakaan. Tentunya ilmu yang yang benar dan bermanfaat. Akan tetapi, orang yang berilmu yang dimaksudkan adalah yang tidak memperturutkan hawa nafsu. Sebab, orang yang bernafsu besar dan juga berilmu banyak, berpotensi menggunakan ilmunya untuk memenuhi hawa nafsunya. Syekh Al-Imam Ibn ‘Athaillah As-Sakandari, dalam kitabnya yang berjudul Al-Hikam, mengatakan:
“Demi Allah, sekiranya kamu berkawan dengan orang bodoh yang tidak menuruti hawa nafsunya, itu lebih baik bagi kamu dari pada kamu berkawan dengan orang ‘alim yang rela menuruti hawa nafsunya. Mana ada ilmu bagi orang yang alim yang rela menuruti hawa nafsunya, dan mana ada orang yang bodoh yang tidak rela menuruti nafsunya”.
Teman buruk nanti akan menjadi musuh di akhirat
Di akhirat kelak semua pertemanan akan bubar. Semua orang akan saling gugat satu sama lain. Semua akan saling bermusuhan demi menyelamatkan diri masing-masing dari potensi celaka masuk ke dalam neraka. Dimana ada peluang dapat pahala dan membuang dosa, akan dilakukan kepada siapa saja. Yang penting selamat. Bahkan seorang anak akan lari dari ayah ibunya sendiri, dari istri dan anak-anaknya, bahkan dari saudara-saudara kandungnya.
Kecuali bagi orang-orang yang bertaqwa. Mereka akan tetap saling berteman dan bersahabat di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah Swt:
ٱلْأَخِلَّآءُ يَوْمَئِذٍۭ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا ٱلْمُتَّقِينَ. (الزخرف: 67).
Artinya: “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS Az Zukhruf: 67).
Tags: adab, berteman, Irsyad Syafar, khazanah, PKS