ADAB BERTEMAN DAN BERUKHUWWAH (Bagian 2)

Ilustrasi. Adab Berteman. (f/umma)

Dari banyak hadits Rasulullah Saw, dapat kita ketahui beberapa kriteria teman dan sahabat yang baik yang layak kita dekat dan berukhuwwah dengannya:

a. Memiliki kualitas keislaman yang bagus.

Sebagaimana dari hadits Tirmidzi di atas, kualitas agama memang menjadi kriteria utama dalam memilih teman dan sahabat. Karena hal itu akan mempengaruhi dan mewarnai kualita agama kita sendiri. Semakin shaleh dan taat seseorang, semakin layak kita jadikan sebagai teman dekat. Mudah-mudahan keshalehannya bisa menular kepada kita.

Paling tidak, kita ikut terjaga bersamanya. Kalau dia mau mengajak kita makan atau minum, pastilah dia akan pilih makanan yang halal lagi baik, dan dari sumber rezeki yang juga halal. Kalau dia hendak memberi kita sesuatu, pastilah sesuatu itu memang benar-benar milik dia, dan diperolehnya secara benar dan legal.

Sebaliknya, orang yang kualitas keislamannya sangat minim lagi tipis, berpotensi akan menjerumuskan kepada dosa dan maksiat. Berkemungkinan dia kurang peduli atau kurang teliti tentang halal dan haram dalam makanan, minuman, pakaian dan lain-lain. Mungkin kita tidak ikut terlibat berbuat dosa dengannya. Namun karena kelalaiannya kita bisa saja ikut serta menikmati hasil dosanya.

b. Bertemu dengannya mengingatkan kita kepada Allah

Ibnu Abbas mengatakan bahwa Rasulullah Saw pernah ditanya oleh sahabat tentang teman yang ideal yang layak duduk bersamanya:

يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَيُّ جُلَسَائِنَا خَيْرٌ ؟ قَالَ : ” مَنْ ذَكَّرَكُمْ بِاللَّهِ رُؤْيتَهُ ، وَزَادَ فِي عِلْمِكُمْ مَنْطِقَهُ ، وَذَكَّرَكُمْ بِالْآخِرَةِ عَمَلُهُ . (رواه أبو يعلى).

Artinya: “Wahai Rasulullah, iapa teman duduk yang paling baik? Rasulullah menjawab: Orang yang mengingatkanmu pada Allah ketika melihatnya, menambah ilmumu ketika ia berbicara, dan mengingatkanmu pada akhirat ketika ia beramal.” (HR Abu Ya'laa).

Berdasarkan hadits ini, kita dipandu untuk memilih teman dan sahabat yang sekira-kira bila berrtemu dan bersama dengannya kita menjadi ingat Allah, terdorong untuk kebaikan dan menjauh dari keburukan. Kalau dia berbicara, ilmu kita jadi bertambah dan wawasan kita menjadi lebih baik. Dan ketika dia berbuat atau beraktifitas, kita terbawa untuk berorientasi akhirat.

c. Jujur dan setia

Sudah semenjak lama kita mendengar bahwa “kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana”. Ini adalah pengakuan luas sedunia, lintas agama, lintas pemikiran, dan lintas teritorial. Semua orang normalnya senang dan suka dengan kejujuran, walaupun kadang pahit. Dan Rasulullah Saw adalah seorang teman ideal yang jujur dan mendapatkan teman dan sahabat terbaik yang dikenal dengan gelar “Ash Shiddiq”. Abu Bakar adalah seorang yang sangat jujur lagi lurus, dan juga sangat setia dengan Rasulullah Saw.

Kebaikan, kejujuran dan kesetiaan Abu Bakar Ash Shiddiq menjadi pilar utama keberhasilan dakwah Rasulullah Saw. Dialah pembela Rasulullah Saw dalam segala duka-citanya. Dia bersedia mengorbankan hartanya, keluarganya dan bahkan jiwanya, demi keselamatan Rasulullah Saw dan keberlangsungan dakwah Beliau.

Pada saat situasi genting Rasulullah Saw menjelang hijrah ke Madinah, rumah Beliau sudah dikepung dan eksekutor pembunuhan Rasulullah Saw sudah siap siaga, Abu Bakar lah salah satu yang sangat besar perannya dan besar pengorbanannya. Segala potensi yang dimilikinya, digunakan untuk suksesnya hijrah Rasulullah Saw.

Beliau menyiapkan tunggangan dan biaya untuk Rasulullah Saw. Anaknya, Asma binti Abu Bakar yang sedang hamil tua bertugas menyediakan logistik dan bekal kosumsi dalam “pelarian” hijrah ini. Abdurrahman bin Abu Bakar bertugas sebagai spionase dan pensuplai berita kepada Rasulullah Saw. Dan pengembala beliau yang bernama Amir bin Fuhairah bertugas menghapus jejak Rasul di padang pasir. Abu Bakar sendiri, menjadikan tubuhnya sebagai perisai dan tameng untuk menjaga Rasulullah Saw.

Laman: 1 2 3 4 5

Tags: , , , ,