PRIORITAS AMALAN DI BULAN RAJAB, BUKAN PUASA

Ilustrasi. f/Getty Images/iStockphoto/Tabitazn

• Ayat ini di antaranya mengisyaratkan amalan prioritas atau unggulan di bulan Rajab. Yaitu menghentikan segala bentuk kezaliman terhadap diri sendiri. Tidak disebutkan kezaliman terhadap orang lain karena berhenti dari menzalimi orang lain itu dimulai dari berhenti menzalimi diri sendiri. Jika sudah tidak menzalimi diri sendiri akan mudah berhenti dari menzalimi orang lain. Atau bisa dikatakan: Menzalimi diri sendiri saja dilarang apalagi menzalimi orang lain. Wallahu a’lam.

• Amalan prioritas atau unggulan di bulan-bulan haram termasuk di bulan Rajab ini diingatkan karena bisa jadi ada sebagian orang yang salah dalam beramal dengan tidak menjaga prioritas.

• Sebagian orang mengutamakan memperbanyak puasa sunah di bulan Rajab tetapi dia tidak berhenti dari memakan makanan yang haram dan berbagai kemaksiatan. Padahal dia lebih utama berhenti dari makan makanan yang haram dan menghentikan berbagai maksiat atau kemungkaran ketimbang memperbanyak amalan sunah. Karena bisa jadi tambahan dosanya lebih besar dari tambahan pahala yang didapat dari amalan sunahnya.

• Bisa jadi ada orang yang memperbanyak shalat dan puasa sunah tetapi dia tidak berhenti dari menzalimi diri sendiri dengan tidak menutup aurat yang diwajibkan syariah.

• Bisa jadi ada orang yang bersemangat mengejar berbagai fadhilah amalan sunah tetapi dia tidak berhenti mendukung kezaliman dan orang-orang zalim.

• Bisa jadi ada orang yang memperbanyak sedekah sunah terapi tidak berhenti dari korupsi dan makan riba atau muamalah ribawiyah. Padahal prioritasnya adalah berhenti dari menzalimi diri sendiri.

• Bisa jadi ada orang yang bersemangat berburu amalan sunah tetapi dia juga gemar mencaci maki bahkan memfitnah saudaranya sesama muslim. Sampai Nabi saw memperingatkan adanya orang yang bangkrut di akhirat karena tidak bisa menjaga prioritas amalan ini. Sabda Nabi saw:

أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

“Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu? Para sahabat menjawab; ‘Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.’ (Muslim 4678)

Laman: 1 2 3

Tags: