Dari Imsak Menuju Salamatus Shadr

Sebagai manusia kita diberi oleh Allah SWT potensi rohani, akal, pikiran, dan jasad. Masing-masing potensi itu mempunyai thumuhat (obsesi)nya sendiri. Ada thumuhat fikriyah, ruhiyah, dan thumuhat jasadiyah, yang saling berlomba untuk mencapai yang tertinggi. Agar perlombaan—yang merupakan realitas dalam kehidupan—tidak melahirkan benturan-benturan, overleaping, bentrokan yang mengakibatkan kelumpuhan, maka kita perlu memiliki kemampuan menahan diri. Dalam realitas kehidupan yang penuh perlombaan, penuh persaingan, penuh kompetisi ini, kita harus mampu mengendalikan diri. Agar semangat kompetisi itu bisa mencapai hal-hal yang positif dan produktif yang bisa dirasakan manfaatnya oleh diri kita, keluarga, masyarakat, umat, bangsa ini, bahkan oleh kemanusiaan pada umumnya.

Kemampuan menahan diri (imsak) itulah yang membuat khutuwat (langkah-langkah) kita munazhomah (teratur), tertib, terencana, jelas arahnya, jelas targetnya, dan jelas sasarannya. Tanpa kemampuan pengendalian diri, banyak potensi berhamburan tidak terarah. Banyak potensi tidak produktif.

Pengendalian diri yang saya maksud adalah meliputi kemampuan menahan diri dalam segala sepak terjang kehidupan kita; mampu menahan diri dalam kehidupan pribadi, rumah tangga, politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Seluruhnya harus terkendali.

Jika kemampuan mengendalikan diri itu sudah mendominasi diri kita, Insya Allah kita akan bisa mencapai suatu kondisi yang paling mendasar dalam diri kita, yaitu salamatus shadr (kelapangan dada), karena emosi kita bisa dikendalikan. Tidak mudah berprasangka, tidak mudah menyebarkan zhan, syak, atau curiga. Tidak tertarik untuk menyebarkan fitnah, menyebarkan isu yang sarana prasarana teknologinya kini semakin canggih.

Salamatusshadr bisa dihasilkan dalam diri kita apabila masing-masing kita pandai menahan diri; tidak mudah terpancing gossip, isu, terseret pada perilaku yang merusak dan tidak bermanfaat; tidak terpancing oleh manuver-manuver yang memang sengaja dilontarkan oleh lawan-lawan Islam dan lawan-lawan dakwah.

Salamatusshadr akan memudahkan kita bergaul di masyarakat. Tanpa modal kemampuan menahan diri dan modal rahabatus shadr, salamatus shadr, pergaulan kemasyarakatan dan komunikasi sosial kita menjadi sempit, terbatas, terhambat, bahkan akan menghadapi berbagai benturan di sana sini.

Laman: 1 2 3