Aku masih termangu, ketika seorang lelaki datang lalu duduk di sebelahku dengan jarak yang cukup dekat.
Aku merasa risih namun masih berusaha menjaga jarak. Masih terdiam beberapa menit, kemudian lelaki itu bertanya, “Sedang menunggu seseorang mba?”
“Tepat dugaanku, orang iseng!,” bisikku dalam hati.
Kulirik sekilas sembari menjawab, “Iya, nunggu suami!” Aku pun langsung beranjak mencari tempat duduk lain. Dari tempat duduk lain itu kupandang sepintas sosok lelaki itu dengan kesal.
Gelap Subuh benar-benar pergi, terang pagi nyata. Aktivitas di stasiun sudah ramai dengan kedatangan kereta antar kota yang mampir.
Rasanya aku putus asa. Memilih untuk pulang karena kanda yang dinanti tak jua terlihat.
“Bisa jadi dugaan demi dugaanku tadi ada yang benar,’ bisikku dalam hati.
“Sebaiknya aku pulang saja.” Keputusanku di antara kebimbangan.
Namun tiba-tiba ada suara di belakangku, “Masih menunggu seseorang mba?” Aku pun menoleh dan melihat sosok yang tadi bertanya berdiri di sana.
Aku berdiri dan menjawab, “Saya sedang menunggu suami, anda siapa ya?” Sosok di hadapanku itu pun tersenyum lebar lalu menjulurkan tangannya ingin menggamit tanganku.