HIKMAH SYURO

Manusia memiliki kekurangan dari sisi kafa’ah (kemampuan) yang selalu juz’iyyah (sektoral). Maka, bergabungnya aneka ragam kafa’ah (kemampuan) dan khibroh (keahlian) akan dapat menutupi kekurangan fardi (individual).  Hal ini karena tabiat manusia adalah juz’iyatu mahdudah (sektoral dan terbatas).

Ishmatan minal khotho (bersih dari kesalahan) atau syakhshiyah (pribadi) yang ma’shum hanya para rasul dan anbiya. Selain mereka pasti memiliki kekurangan.

Untuk menjaga keputusan jama’ah agar tidak diwarnai kekurangan individu, syuro-lah yang menjaganya dari sikap otoriter dan kediktatoran.

Otoriter dan diktator tidak selalu terkait dengan jabatan. Banyak orang yang tidak punya jabatan tetapi bersikap diktator dengan pendapatnya. Ia merasa dirinya paling benar, paling asholah, sementara yang lainnya salah. Apalagi bila pada orang yang memiliki jabatan.

Melarutkan pemikiran individualistis (idzabatan lil fikril infirodi)

Setiap orang boleh menyampaikan pendapatnya tetapi tidak boleh individualistis. Tidak boleh hadir hanya untuk memperjuangkan pemikirannya.

Adapun fikril fardi harus dihidupsuburkan agar masing-masing individu memberikan kontribusi pemikiran untuk menghasilkan keputusan yang lebih tepat.

Syuro ini akan menghidup suburkan pemikiran jama’i (kolektif). Setiap orang bekerjasama untuk merakit usulan-usulan yang diberikan.

Mengikat Hati (ta ‘lifan lil qulub)

Syuro mengikat hati setiap orang untuk bersatu. Tidak ada orang yang merasa dirinya terabaikan, atau lebih senior, lebih pintar, lebih punya jabatan, dan lain-lain.

Bisa jadi saya yang Ketua Majelis Syuro di hadapan Allah posisinya lebih rendah dari seorang anggota Madya. Yang melebihkan seseorang dari yang lain adalah yang atqokum, yang paling bertaqwa.

Kita hidupkan pemikiran jama’i (kolektif). Hidupkan hati kita agar semuanya terikat dałam ikatan wihdatul aqidah (kesatuan aqidah), fikrah (pemikiran) dan minhaj (metode). Ihyaul masuliyyah, menghidup suburkan rasa tanggung jawab. Hayawiyatal jamaah. Agar kehidupan jamaah kita dinamis. Tidak selalu berorientasi pada masa lalu tapi meneropong masa depan. Dengan dinamis kita sanggup menghadapi berbagai macam tantangan.***

Laman: 1 2