Menapak Rumah Limas Potong, Rumah Tradisional Terakhir di Tanah Batam

Rumah Limas Potong di Batu Besar, Nongsa. (f/disbudpar)

Ahli waris ini, Abdul Rasyid mengatakan, sejak diresmikan sebagai situs budaya oleh Wali Kota Ahmad Dahlan pada 2011, belum ada turis yang mampir ke sana.

Hanya ada satu pria berkebangsaan Perancis yang berkunjung. Kunjungannya pun didampingi oleh Kadis Pariwisata Kota Yusfa Hendri.

“Sejak itu tak ada lagi. Hanya itulah satu-satunya turis yang datang ke sini. Saya tak mungkin tak tahu kalau ada yang datang, kerena kunci rumah ini ada pada saya,” ujarnya.

Jika ada yang berkunjung ke sana, kebanyakan adalah para siswa yang ingin belajar lebih banyak mengenai kebudayaan . Atau calon-calon pengantin yang ingin mengambil foto prewedding berlatar ini.

Sekarang, status rumah ini adalah hak bersama antara Pemko dan ahli waris. Pemko sempat mengungkapkan niatnya untuk membeli rumah dan tanah tersebut pada 2011.

Ahli waris mengungkapkan harganya, tapi sejak itu tak ada respons dari Pemko Batam.

“Kami bilang harganya Rp300 ribu per meter untuk tanah plus rumahnya. Tapi setelah itu sepertinya tak ada respons lagi,” ujarnya.

Menurutnya, sangat baik bila rumah tersebut dijadikan museum. Namun keluarganya sudah menyerahkan seluruh penggunaan rumah tersebut kepada Pemko Batam.

Dia sendiri tak bisa memberikan keputusan lagi terkait penggunaan rumah tersebut tanpa perundingan bersama terlebih dahulu. yang ada sekarang adalah generasi ketiga.

Sementara, generasi kedua dan pertama sudah tak ada lagi. Rumah generasi ketiga ini pun sudah merupakan yang terakhir. Tergerus oleh pembangunan rumah-rumah dengan gaya yang lebih modern.

Menurut Muhammad Zen, awalnya pemerintah merencanakan Rumah Limas Potong ini sebagai titik objek wisata untuk dikunjungi, tapi sampai sekarang belum terlaksana.

Zen merasa sedih melihat kondisi tersebut, mengingat keberadaan Rumah Limas Potong ini merupakan kebanggaan warga sekitar. Pemerintah hanya memberikan bantuan berupa dana perawatan, tanpa disertai program untuk meningkatkan kunjungan wisata ke sana.

“Dana perawatan diberikan setiap bulannya. Itulah yang digunakan oleh pemilik tempat ini untuk merawat rumah ini. Tapi kalau program promosi dan sebagainya tampaknya belum ada. Kunjungan wisatawan bisa dibilang kurang,” jelasnya.

Padahal, bukan tak mungkin bila pemerintah merancang beberapa program misal dengan mengadakan acara tahunan yang dipusatkan di sana, atau mengimbau travel-travel di Batam untuk memasukkannya ke dalam rute perjalanan wisata di Batam, jumlah kunjungan wisatawan ke Rumah Limas Potong tersebut akan naik.

“Kita harap bisa seperti itu. Atau sekalian jadikan museum. Kalau soal syarat-syarat, kita bisa pelajari bersama. Dengan demikian potensi wisata edukasi, penelitian, dan objek wisata bisa dioptimalkan. Lingga saja sampai mendirikan replika istananya. Kita sudah ada, tinggal diberdayakan,” tuturnya.

Laman: 1 2 3 4 5

Tags: , , ,