Mewaspadai Perusak Keharmonisan Keluarga

Oleh: Cahyadi Takariawan

Mengapa bisa mengalami kerusakan bahkan kehancuran? Tentu saja ada sangat banyak sebab. Ada sebab-sebab yang bermula dari dalam itu sendiri, dan ada sebab-sebab yang bermula dari luar rumah tangga.

Kathleen Liwijaya Kuntaraf dan Jonathan Kuntaraf (1999) mengutip sebuah penelitian terhadap 730 penyuluh pernikahan tentang persoalan rumah tangga. Dari riset tersebut ditemukan beberapa penyebab utama persoalan rumah tangga, di antaranya:

Gagalnya komunikasi
Banyak yang tidak mampu membangun komunikasi secara positif. Di awal pernikahan, belum terasakan karena masih menikmati suasana bulan madu. Namun setelah masa bulan madu berakhir, baru mulai merasakan sulitnya “nyambung” saat bicara dengan pasangan. Mereka belum menemukan pola komunikasi yang membuat nyaman dan melegakan.

Hilangnya tujuan dan perhatian bersama

Menikah bukan semata-mata penyatuan dua perasaan insan, bahwa “aku suka kamu dan kamu suka aku”. Lebih dalam dari itu, menikah adalah sebuah ibadah yang bernilai sakral, untuk mencapai tujuan-tujuan mulia. Saat mereka telah melupakan tujuan, dan telah kehilangan titik pusat yang menjadi perhatian bersama, berantakanlah rumah tangga.

Ketidaksetiaan

Di antara perusak keharmonisan keluarga adalah ketidaksetiaan. Banyak kejadian perselingkuhan yang menyebakan rusaknya kebahagiaan keluarga. Episode “layangan putus” seakan telah menjadi konsumsi masyarakat modern, dengan berbagai motif dan bentuknya. Perselingkuhan telah menjadi perusak keharmonisan keluarga yang sangat dahsyat, maka menjaga kesetiaan adalah sebuah keharusan. Tidak bisa ditawar.

Hilangnya kegairahan dan kesenangan dalam hubungan suami istri

Memasuki fase dan usia pernikahan tertentu, terkadang suami dan istri mengalami kejenuhan dan kebosanan. Mereka terjebak dalam rutinitas dan aktivitas mekanik, sehingga hidup berumah tangga sekedar berjalan sebagai kewajiban. Tanpa merasakan kegairahan dan kesenangan, termasuk dalam urusan seksual. Jika gairah dan kesenangan dalam berhubungan sudah hilang, akan hilang pula keharmonisan.

Masalah keuangan keluarga

Di antara perusak hidup berumah tangga adalah soal keuangan. Sebagian keluarga berantakan karena kekurangan uang untuk menegakkan kehidupan pokok. Sebagian keluarga berantakan karena terlalu banyak uang sehingga muncul tindakan bersenang-senang tanpa batasan moral dan kepatutan.

Sebagian keluarga berantakan karena manajemen keuangan yang tidak transparan sehingga memunculkan kecurigaan dan kecemburuan. Sebagian lagi karena suami atau istri yang penghasilannya lebih tinggi, melecehkan dan menghina pasangan yang penghasilan rendah.

Masalah pendidikan dan pengasuhan anak-anak
Pendidikan dan pengasuhan anak kerap menjadi bahan pertengkaran. Sejak dari pola asuh yang diterapkan secara berbeda, sikap terhadap anak, sampai pemilihan sekolah untuk anak.

Kadang suami dan istri berbeda secara prinsip pemahaman, sehingga menimbulkan perbedaan tajam dalam orientasi pendidikan anak. Ada yang membawa anak menuju pola pendidikan agama, namun bertolak belakang dengan pasangan yang menghendaki pola permisif.

Persoalan moral

Sebagian keluarga menjadi berantakan karena masalah moral. Salah satu atau kedua belah pihak terjebak pelanggaran moral, sehingga menghancurkan keharmonisan keluarga. Pada beberapak kalangan masyarakat, contoh persoalan moral yang banyak terjadi dalam keluarga adalah konsumsi alkohol, narkoba, dan zat-zat berbahaya yang lainnya. Sementara pasangan tidak suka bahkan anti dengan hal-hal tersebut.

Relasi dengan keluarga besar
Keharmonisan keluarga bisa dirusak oleh intervensi keluarga besar kedua belah pihak. Misalnya hubungan dengan orangtua, mertua, ipar, maupun keluarga besar lainnya.

Konflik mertua dan menantu banyak terjadi dalam keluarga Indonesia, yang secara umum menganut sistem extended family atau keluarga besar. Dalam satu rumah, terdiri dari tiga sampai lima generasi. Intervensi yang tidak proporsional membuat kehidupan suami istri menjadi terganggu.

Tentu saja masih banyak lagi faktor yang bisa menjadi perusak keharmonisan keluarga. Yang paling utama adalah sikap positif dari suami dan istri dalam menghadapi persoalan rumah tangga. Hendaknya suami dan istri selalu kompak berada dalam pihak yang sama untuk menemukan solusi terbaik dalam setiap masalah yang mereka hadapi.

“Kita hadapi bersama”, itulah sikap yang harus dimiliki oleh suami dan istri. Mereka berdua bersedia untuk bersabar, menahan diri, dan duduk tenang untuk mencari penyelesaian masalah. Tundukkan ego masing-masing, demimeraih kemenangan cinta dalam rumah tangga.***

Tags: ,