[CERPEN] Untukmu Para Pencari Cinta

Ilustrasi. (f/Pixabay)

Bola matanya yang sempat kutebak akan memuncratkan airmata dan mewangikan aroma senja, menjelma tatapan pagi yang bergulir begitu sejuk, menandakan ketegaran diri yang luar biasa.

“Maafkan aku. Aku tak bisa memenuhi janjiku untuk terus bersamamu. Semoga dengan keputusanku ini kita berdua sanggup menembus tembok sejati yang sangat diinginkan oleh para pencinta sejati, seperti diriku ini,” lirihku kepadanya.

Pepohonan rindang dan bunga-bunga indah yang seliweran di sekeliling taman, menjadi payung di tengah sengatan matahari yang menghujam kampus kami siang itu.

Hilir mudik mahasiswa ditemani tas gendong dan buku-buku yang diapit sedekap tangannya, menjadi saksi mata, ketika beberapa diksi kucibuk dari ember kata mengisi kolam sajak dan kucipratkan ke relung hatinya.

Tidaklah aku mencintaimu jika aku tak bercinta dengan pemilik
Tidaklah kita saling mencinta bila aku dan kamu terus bercinta
Maafkan aku yang mabuk ,
Dan maafkan yang menjadikan aku pencinta.

Sajak sederhana tersebut kubuat, malam menjelang pertemuan itu. Bila teman-teman kuliahku membaca sajak itu, mereka pasti terkekeh-kekeh melihat kesederhanaan kata-kata di dalamnya.

Maklum, aku yang kuliah di Jurusan Sastra, namun tak begitu pandai merangkai kata-kata indah, serta tak mahir menggubah perasaan menjadi sajak yang dahsyat.

Di saat teman-teman kuliahku terbiasa mencipta puisi yang bagus, berlomba-lomba untuk dimuat di koran-koran dan majalah, bahkan ada yang sudah mampu menjadi Juara Lomba Cipta Puisi, diriku baru sebatas sanggup mengkreasi puisi utuh sebanyak tiga buah.

Itu pun biasa-biasa saja, tak segemerlap puisi teman-teman dan tak mampu mengundang pujian dosen. Namun demikian, aku berkeyakinan bahwa dengan untaian kata-kata sederhana tersebut, kekhawatiranku pada dirinya sebelum pertemuan itu, takkan terjadi.

Laman: 1 2 3 4 5 6

Tags: , ,